Wednesday, April 9, 2014

Pengetahuan Sebelum Membeli DSLR


Pengetahuan Sebelum Membeli DSLR


Single-lens reflex (SLR) camera) adalah kamera yang menggunakan sistem jajaran lensa jalur tunggal untuk melewatkan berkas cahaya menuju ke dua tempat, yaitu Focal Plane dan Viewfinder, sehingga memungkinkan fotografer untuk dapat melihat objek melalui kamera yang sama persis seperti hasil fotonya.




kamera DSLR bagaimanapun juga adalah kamera yang ditujukan untuk penggunaan tingkat lanjut dan ada beberapa aspek yang berbeda dengan kamera biasa baik dari segi pemakaian maupun perawatannya. Inilah beberapa fakta yang perlu anda ketahui sebelum memutuskan untuk membeli kamera DSLR :


Membeli DSLR adalah membeli sebuah system



Saat begitu banyak pilihan merk di pasaran, faktanya DSLR adalah sebuah sistem fotografi yang umumnya memerlukan beberapa perangkat dengan merk yang sama, yaitu bodi kamera, lensa, lampu kilat dan asesori. Faktanya pula, harga lensa bisa jauh lebih mahal daripada kamera, sehingga saat memutuskan akan membeli kamera DSLR camkan bahwa kamera yang akan dibeli ini adalah sebuah awal dari perburuan panjang akan sebuah sistem fotografi yang menyeluruh.

DSLR punya banyak pilihan lensa




Jenis-Jenis lensa


1.LENSA FIX




kegunaan lensa ini adlah untuk mengambil gambar close up.

2. Lensa Fish Eye




kalo pake ni lensa hasilnya bakalan cekung tanpa harus disotoshop.


3. Lensa Mikro/Makro




digunakan untuk object yg kecil.

4. Lensa Tele




Biasanya digunakan oleh paparazi,untuk potretan jarak jauh.

5. Lensa wide




untuk mempotret pemandangan...

diatas udah ane sebutin jenis2 lensa.
lanjut lagi ye .

DSLR memakai cermin dan jendela bidik optic







Ciri utama DSLR (selain lensanya yang bisa dilepas) adalah adanya cermin yang bisa turun naik. Saat posisi cermin turun, gambar dari lensa akan dipantulkan ke arah jendela bidik optik sehingga kita bisa melihat bidang gambar yang masuk melalui lensa. Saat gambar diambil, cermin akan terangkat sesaat memungkinkan cahaya memasuki sensor (dan jendela bidik akan gelap sesaat). Meski DSLR modern kini mulai menawarkan live view, namun umumnya kamera DSLR mengandalkan jendela bidik sebagai satu-satunya cara untuk melihat foto yang akan diambil. Saat pemakai kamera saku sudah terlanjur terbiasa melihat gambar yang akan diambil melalui layar LCD, mungkin pada awalnya akan merasa aneh saat pertama beralih ke DSLR kerena harus mengintip lubang kecil yang bernama jendela bidik optik.

DSLR memiliki sensor yang besar dan ada crop factor






Perbandingan ukuran sensor
 

Rahasia di balik kualitas gambar kamera DSLR terletak pada sensornya yang berukuran lebih besar dari kamera saku. Perhatikan kalau faktanya ukuran sensor pada DSLR itu beragam, ada yang disebut ukuran full-frame (36 x 24mm), ada yg berukuran 29 x 19mm (APS-H), ada yang berukuran 24 x 16mm (APS-C), dan yang terkecil ada yang berukuran 18 x 13.5mm (four thirds). Perbedaan ukuran ini tampak membingungkan, ditambah lagi adanya konsekuensi dari ukuran sensor yang berdampak pada adanya crop-factor pada lensa yang dipakai. Maksudnya, panjang fokal lensa yang dipakai bisa memberikan fokal efektif yang berbeda-beda tergantung jenis sensornya. Singkatnya, sensor full frame tidak mengalami crop factor, sensor APS-H punya 1.3x, APS-C 1.5x (Nikon, Pentax) atau 1.6x (Canon) dan Four Thirds 2x.

DSLR juga memiliki pilihan resolusi/megapiksel



Kemampuan kamera digital dalam menangkap gambar ditentukan dari resolusi yang dibentuk oleh sejumlah titik atau piksel pada sensor, jadi entah itu kamera ponsel atau kamera DSLR memang faktanya punya resolusi yang dinyatakan dalam satuan mega piksel. Apabila anda masih percaya kalau mega piksel yang lebih besar adalah lebih baik, coba pikirkan kembali. Sebuah DSLR dengan 6 MP memang punya resolusi yang kalah tinggi bila dibanding kamera saku modern yang punya resolusi 14 MP. Tapi soal kualitas hasil foto, ceritanya jadi berbeda. Faktanya, DSLR dengan 6 atau 10 MP sudah amat baik bahkan untuk keperluan fotografi profesional sekalipun dan pilihan DSLR dengan resolusi lebih tinggi (12, 14 hingga 24 MP) lebih ditujukan bagi mereka yang sering melakukan cropping gambar.

DSLR memiliki ‘jeroan’ yang rumit dan presisi




Modul light meter




Ibarat sebuah mesin, kamera DSLR memiliki banyak komponen di dalamnya. Salah satu komponen utama dalam kamera adalah modul auto fokus. Kelas dan harga sebuah kamera DSLR salah satunya ditentukan dari jenis modul AF dan jumlah titik AFnya. Modul AF pada DSLR bekerja berdasar phase-detect sehingga akurasi dan kecepatannya jauh mengalahkan sistem AF pada kamera biasa. Belum lagi terdapat beberapa titik AF yang bisa dipilih secara manual atau auto sehingga menghindarkan kita dari kesalahan pemilihan fokus. Selain modul AF, modul lain yang tak kalah pentingnya adalah alat ukur cahaya atau light meter, yang bertugas mengukur dan menganalisa pencahayaan yang masuk melalui lensa dan menentukan berapa eksposure yang tepat. Kesalahan pengukuran cahaya menyebabkan foto jadi terlalu terang atau terlalu gelap. DSLR kelas atas memiliki modul metering yang lebih presisi dengan banyak titik sensor sehingga amat jarang tertipu (oleh cahaya), sementara DSLR ekonomis punya modul metering yang lebih sederhana. Bandingkan dengan kamera saku yang tidak memiliki modul khusus seperti ini, dia hanya mengandalkan algoritma prosesor kamera untuk mencari fokus dan mengukur eksposure secara otomatis.

DSLR bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan



Senang modifikasi mobil atau motor? Kalau begitu kira-kira DSLR pun hampir sama. Bila anda perlu focusing screen khusus, tinggal ganti. Kalau perlu magnifier eyecup, tinggal pasang. Kalau mau menambah daya baterai, pasang vertical / battery grip. Mungkin suatu saat nanti DSLR pun bisa gonta-ganti casing layaknya ponsel

DSLR punya kinerja tinggi dan buffer besar



Faktanya kinerja DSLR itu cepat. Auto fokus cepat, shutter lag yang cepat, memproses file JPEG cepat hingga menulis file ke memori juga cepat.

DSLR juga perlu lampu kilat



Dengan kemampuan ISO tinggi yang relatif bersih dari noise dan didukung oleh lensa bukaan besar, tampaknya seakan-akan kamera DSLR tidak terlalu perlu lampu kilat. Padahal faktanya, cahaya adalah faktor penting dalam fotografi, dan saat cahaya mulai tidak mencukupi, sumber cahaya tambahan paling mudah didapat adalah dari lampu kilat. Saat lampu kilat internal punya banyak keterbatasan, adanya flash hot shoe pada DSLR bisa dimanfaatkan dengan memasang lampu kilat eksternal. Beberapa DSLR bahkan memiliki fitur wireless-flash untuk kreatifitas ekstra seperti untuk foto makro. Untuk pencahayaan yang lebih lembut bisa menambah diffuser pada lampu kilat. Untuk menghindari cahaya langsung ke objek foto, lampu kilat bisa diarahkan atau dipantulkan ke langit-langit (bouncing).

DSLR sensitif terhadap debu, perlu perawatan ekstra



Ingat kalau lensa pada DSLR bisa dilepas. Resiko dari melepas lensa adalah adanya resiko masuknya debu ke dalam kamera, yang artinya debu itu bisa jadi menempel di sensor. Faktanya debu yang melekat ini akan nampak di hasil foto, apalagi bila memakai bukaan diafragma kecil. Untuk menghilangkan debu, gunakan peniup debu khusus yang dijual di toko kamera. DSLR modern sudah dilengkapi dengan sistem anti-debu, meski menurut saya tetap lebih efektif memakai peniup debu khusus. Perhatikan kalau debu juga bisa menempel di cermin, dan debu pada cermin ini meski tampak di jendela bidik tetapi tidak mengganggu hasil foto nantinya. Untuk mengenali kiat-kiat membersihkan kamera bisa baca di sini.

DSLR punya usia shutter tertentu







Satu lagi fakta yang kurang mengenakkan. Setiap jepretan pada kamera DSLR akan tercatat, dinyatakan dalam istilah shutter count. Betul kalau tiap kamera punya shutter yang suatu ketika akan rusak, namun pada DSLR sudah ada estimasi dan pengetesan pabrik akan berapa ‘harapan hidup’ dari shutter unit sebelum akhirnya menjadi rusak atau bermasalah. DSLR ekonomis telah teruji hingga 50 ribu kali jepret, dan DSLR kelas atas sanggup lolos uji hingga diatas 100 ribu kali jepret tanpa masalah. Jadi belajar fotografi memakai DSLR di satu sisi amat tepat karena kameranya memang mendukung untuk belajar, tapi di sisi lain juga jangan sampai terlalu lama belajar, bisa-bisa saat anda sudah mahir justru shutter unitnya akhirnya rusak. Penggantian shutter unit bisa dilakukan oleh agen resmi dengan biaya sekitar satu juta.

Kamera Pemula


Kamera yang diguanakan untuk kalangan pemula hendaknya cukup terjangkau dalam segi harga. DSLR untuk pemula akan lebih baik jika melihat pasar entry level. Bukan hanya biaya yang terjangkau oleh semua kalangan, fasilitas yang diberikan lebih oke sekalipun ada beberapa pengurangan. Hendaknya sebuah kamera bisa lebih cepat user friendly untuk pemula adalah kamera yang baik.
Membeli di kelas DSLR untuk pemula ( entry level ) hendaknya menyesuaikan sesuai budget yang ada. Ingat, tidak ada kamera yang paling baik. Setiap tahun, kamera terus berkembang dengan fitur yang lebih baru. Tapi, semua standard kamera didunia tentang kamera sama saja. Kunci dari fotografi kebanyakan adalah lensa. Body kamera akan menyusut nilai jualnya setelah dibeli, sedangkan lensa tidak turun harga dan jadi daya investasi tersendiri bagi beberapa kalangan. Jadi, kenali spesifikasi kamera yang ada dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan akan lebih nyaman dihati.

Saat ini akan ada beberapa review dari kamera yang cocok untuk pendatang baru di kelas fotografi. DSLR untuk pemula ini bisa dijadikan pertimbangan kalau mau. Dari segi fitur yang diberikan setiap manufaktur juga bagus. Untuk lebih jelasnya silahkan review kamera dibawah ini:

Spoilerfor Nikon D3000: 



1.Harga : +/- Rp4.500.000
2.10.75 MP DXformat sensor CCD
3.3 inchi LCD display monitor
4.Sensor shake and airflow ( image sensor cleaning)
5.11 AF point
6.ISO 100 sampai 1600
7.3 fps continuous shooting
8.Expeed image processing engine
9.Calendar view and 72 thumbnail
10.Extensive in-camera retouching



No comments:

Post a Comment